RUANGPOLITIK.COM – Pengamat Politik Ray Rangkuti membeberkan pengamatannya tentang potensi para ketua umum (ketum) partai politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Menurutnya, selain Prabowo Subianto, para ketum partai politik (parpol) hanya bisa bersaing pada posisi calon wakil presiden (cawapres).
Dalam perbincangan bersama Lukman Edy pada akun Youtube ‘Bincang LEpas’, pendiri Lembaga Lingkar Madani memaparkan secara rinci peluang ketum parpol tersebut.
“Pak Prabowo mengalami stagnan elektabilitasnya. hanya berkisar pada angka 20 persen. Jika ingin maju pada pilpres mendatang, maka harus mencari pasangan yang bisa mendongkrak elektabilitasnya,” ujar Ray, seperti dikutip RuPol, Senin (14/2/2022).
“AH (Airlangga Hartarto), AHY dan katakanlah Pak Muhaimin misalnya, menurut saya levelnya hanya di wakil, gak sampai capres,” lanjutnya.
Menurut Ray, para ketum parpol selain dari Prabowo itu, sudah sangat berat untuk menaikkan elektabilitasnya untuk bersaing sebagai capres.
“Mereka sudah sangat telat (menaikkan elektabilitas) bandingkan dengan nama-nama yang tadi (capres non parpol). Mereka masih bawah 5 persen lah. Susah untuk mengejarnya, apalagi seperti Airlangga. Itu yang saya kritik berulang-ulang, yang kemudian saya (diserang). Ha ha,” terangnya sambil tertawa.
Khusus untuk Airlangga Hartarto, Ray menjelaskan posisinya saat ini sebagai Menteri Koordinator Perekonomian membuat dia susah untuk bergerak.
“Itu menteri di belakang meja. Dengan sendirinya gak bisa beliau itu mempopulerkan diri melalui jabatan itu. Makanya saya usulkan mundur, lalu mulai kerja-kerja politik. Kalau Pak Airlangga tetap mau jadi presiden,” jelasnya lagi.
Baca juga:
Aburizal Bakrie Ultimatum Pihak Yang Ganggu Pencapresan Airlangga
Golkar Lampung Bertekad Hantarkan Airlangga Presiden 2024
Jika Ingin Elektabilitas Naik, Airlangga Harus Lepas Jabatan Menteri
Elektabilitas Airlangga Sulit Naik, Karena Pola Komunikasi Priyayi
Dalam pengamatannya, Ray Rangkuti melihat pola pemilih sekarang adalah merasa memiliki kedekatan personal dengan calon.
“Pak Airlangga harus menyapa satu-satu. Anda harus keliling dari ujung Sumatera sampai ke Papua. Minimal sekali kunjungan ke daerah mereka, itu sudah bisa menjadi alasan bagi pemilih,” urainya.
Airlangga juga harus belajar kepada Presiden Jokowi, yang selalu melakukan itu.
“Kita lihat Pak Jokowi, terus turun ke masyarakat, menyapa satu persatu. Walau kritikan kepadanya cukup banyak, tapi pendukungnya tidak bergeser,” imbuhnya. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)
Simak perbincangan politik menarik secara lengkap pada video di bawah ini: