RUANGPOLITIK.COM – Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Sholeh Basyari melihat posisi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar ( Cak Imin ) di kalangan NU semakin tergerus sejak kepemimpinan KH Yahya Cholil Staquf. Menurutnya, komitmen Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menjadikan NU lebih terbuka sangat berpengaruh pada posisi Cak Imin.
Dari hasil survei CSIIS 4-11 Februari 2022, di kalangan pemilih Islam, nama Muhaimin Iskandar tidak berhasil masuk dalam level atas, dengan perolehan dukungan hanya 5,5%. Muhaimin Iskandar bahkan kalah dari Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Erick Thohir.
“Survei yang kita lakukan dengan metode Sample dipilih secara purposive. Pilihan sample purposive dimaksudkan untuk mendapatkan orisinalitas data dari responden. Orisinalitas terkait keislaman responden. Dengan sampel purposive, data yang didapat akan terhindar dari kemungkinan melebar, menyasar warga non-muslim.,” papar Basyari.
Baca Juga:
Survei CSIIS: Anies, Prabowo dan Erick Berkibar di Kalangan Pemilih Islam
Memiliki Kedekatan Dengan Gus Yahya, Erick Thohir Menjadi Pilihan Warga NU
Dalam survei tersebut, nama Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Erick Thohir berada di posisi tiga teratas.
Kemudian disusul oleh Sandiaga Uno, Yenny Wahid, Ridwan Kamil, Ganjar pranowo dan di posisi keembilan ditempati Muhaimin Iskandar.
“Cak Imin berada pada posisi keempat dari bawah, namanya juga kalah dari Yenny Wahid. Dan kita tahu, Yenny tidak sosialisasi, bahkan namanya pun tidak disebut-sebut sebagai capres atau cawapres,” ungkapnya.
Basyari mengungkapkan, kuatnya dukungan pada Yenny Wahid di Papua, tak lepas dari pengaruh Gus Dur. “Putri Bapak Gus Dur”, demikian orang-orang Papua memanggil. Sistem Noken yang diterapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di sebagian Papua, memudahkan bagi siapapun (termasuk Yenny Wahid), yang memiliki hubungan emosional dengan warga ujung timur Indonesia ini, menebalkan dukungan. Tetapi perubahan politik di NU belum direspon Yenny. Idealnya dia segera keluar kendang, merespon gairah dan kerinduan publik Nahdliyin pada Gus Dur.
Kemudian, secara umum suara Anies Baswedan dominan. Gubernur DKI ini kuat di kantong-kantong kaum “Islam Putih”. DKI, Sumbar, Sulsel adalah tiga daerah yang menjadi basis sangat kuat Anies. Jika merujuk prosentase suara umat Islam pada Pilpres 2019; 40% dari total suara nasional, data riset komparatif ini menunjukkan bahwa Anies adalah pemenangnya.
Menurutnya, riset komparatif ini juga menggambarkan secara jelas bahwa Erick Thohir adalah pemenang dan pendulang suara “Islam Hijau”, mengalahkan Muhaimin Iskandar. Bagi Erick, pemilih NU adalah modal signifikan. Selenjutnya tinggal mengembangkan elektabilitas pada kelompok “Islam Putih”, juga kelompok nasionalis.
“Ini memang agak fenomenal juga. Erick Thohir bisa berada pada tiga besar. Bahkan dengan jarak yang cukup rapat, anies dengan Prabowo,” pungkasnya.
Sumber: Direktur Eksekutif CSIIS Dr. Moh Sholeh Basyari, M.Phil
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)