Oleh: Mhd. Perismon
RUANGPOLITIK.COM – Sambil menunggu berbuka puasa Ramadhan ke-24, Selasa (26/4/2022), saya memantau percakapan teman-teman di Grup Whatsapp ‘Redaksi RuangPolitik.com‘.
Saya tertarik membaca sebuah tulisan yang masuk, sebuah opini dari Adian Napitupulu yang kata teman-teman tersebar menjadi pesan berantai ke wartawan.
Tulisan tersebut berjudul ‘TIDAK SEMUA MELUPAKAN MEREKA’, judul yang membangkitkan tanda tanya terhadap siapa ‘mereka’ itu dan siapa yang melupakan?
Saya kemudian melanjutkan membacanya guna memenuhi rasa lapar keingin-tahuan, apalagi sepanjang yang saya tahu, Adian bukanlah seorang politisi yang banyak menulis.
Jika kali ini dia menyengajakan membuat sebuah tulisan, berarti ada sesuatu yang memang harus dia sampaikan dan tersampaikan kepada masyarakat.
Pada awal tulisan, Adian sudah memberikan jawaban atas pertanyaan saya dan hampir semua terjawab, termasuk kenapa Adian harus menulis.
Adian menyampaikan sebuah rangkaian pengingatan tentang peristiwa reformasi yang terjadi 24 tahun lalu, walau tidak secara runut dari penyebab, peristiwa, korban kepada hasil dari reformasi yang sudah dinikmati oleh orang-orang pada zaman sekarang.
Seperti yang saya sampaikan, Adian memang bukan seorang penulis yang handal seperti Dahlan Iskan, Goenawan Muhammad dan lain-lainnya, tapi tulisan itu cukup berisi, jelas dan penuh penggambaran-penggambaran yang nyata.
Sampai disini, saya juga sudah mendapatkan jawaban kenapa Adian harus menulis, karena dia adalah orang yang terlibat langsung dalam peristiwa tersebut.
Siapa lagi yang harus mengingatkan kita, kalau bukan seorang Adian yang sampai saat ini masih merupakan Sekjen Persatuan Nasional Aktivis ’98 (PENA 98).
Bagi yang ingin membaca tulisan Adian tersebut, silahkan klik link di bawah ini:
TIDAK SEMUA YANG MELUPAKAN MEREKA
Ketulusan Erick Thohir
Pada saat saya terus membaca, tiba-tiba saya mendapatkan ‘gong’ nya, ketika Adian secara tulus menyebut sebuah nama dalam tulisannya, yang kemudian saya tahu nama inilah yang ingin Adian sampaikan ke masyarakat.
Ya, Adian menyebut nama Menteri BUMN Erick Thohir dalam tulisannya. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, kali ini Adian menyebut nama Erick tidak dalam rangka mengkritik seperti biasanya, namun seperti menyiratkan sebuah persahabatan dan pengakuan atas ketulusan seorang sahabat.
Bagi yang mengikuti perkembangan media atau politik nasional, Adian memiliki sederet track record dalam mengkritik Erick Thohir, terutama pada masa-masa awal kabinet Presiden Jokowi 2019-2024.
Bahkan media nasional sebesar Kompas pun merasa perlu membuat sebuah round up berjudul ‘6 ‘Serangan’ Adian Napitulu ke Erick Thohir’ yang terbit pada Juli 2020 lalu.
Serangan-serangan Adian kepada Erick seakan tidak pernah berhenti, bahkan sampai akhir-akhir ini, tentunya terkait hubungan sebagai Anggota DPR RI dengan Menteri.
Hal itu juga tertulis dalam tulisan Adian tersebut, “Walau saya dan Erick kerap berbeda, tapi saya sebagai Sekjen Persatuan Nasional Aktivis 98 (PENA 98) ikut mengucapkan salut, hormat dan terima kasih atas kepedulian Erick Thohir yang memberikan rumah untuk empat keluarga korban Trisakti”.

Namun apakah hanya karena Erick Thohir memberi rumah pada keluarga korban Trisakti saja Adian sampai harus membuat sebuah tulisan?
Sepanjang pengamatan saya, Adian bukanlah tipe orang yang murah mengobral pujian dan sampai membuat sebuah tulisan, apalagi kalau ada yang menilai Adian sengaja ‘ambil muka’, ‘cari perhatian’ atau yang semisalnya.
Tidak, Adian bukan sosok semurah itu!
Apalagi memberi rumah bagi seorang Erick Thohir yang seorang pengusaha papan atas di Indonesia, tentu bukan sesuatu yang perlu harus ditulis.
Jadi apa sebenarnya alasan Adian sampai menulis sebuah tulisan yang menggetarkan itu?
Ketulusan, saya melihat Adian menemukan sesuatu pada diri Erick Thohir, yang selama ini belum dia lihat sendiri.
Adian melihat adanya ketulusan yang murni keluar dari hati seorang Erick Thohir, yang selama ini sering menjadi sasaran kritiknya.

Ketulusan yang dia saksikan dengan matanya sendiri, ketika hampir semua orang melupakan keluarga korban Trisakti, Erick hadir dengan membawa mereka berbuka puasa bersama.
Erick membuat mereka kembali bangga atas perjuangan dan pengorbanan putra-putra mereka, yang juga merupakan pengorbanan mereka sendiri.
Para orang tua, yang seharusnya saat ini melihat putra-putra mereka sedang memberi warna pada kehidupan bangsa.
Namun mereka harus ikhlas, jiwa putra-putra mereka menjadi ‘tumbal’ untuk demokrasi Indonesia, menjadi pembuka jalan bagi mereka-mereka yang saat ini berdasi, duduk di kursi jabatan dan bebas bersuara lepas.
Apa yang terjadi dan seperti apa sebenarnya sikap Erick kepada para keluarga korban Trisakti tersebut, tentu Adian lah yang lebih tahu.
Adian yang berada pada momen itu, Adian yang melihat, merasakan dan haru terhadap ketulusan seorang Erick Thohir.***
Penulis adalah Jurnalis dan CEO RuangPolitik.com
Editor: Asiyah Lestari
(RuPol)