PPP itu bisa masuk lima besar, karena memiliki sejarah yang panjang. Tinggal bagaimana keseriusan elit-elitnya, di bawah komando Plt Ketum Mardiono…
RUANGPOLITIK.COM – Peluang PPP untuk bisa menembus parlemen pada Pemilu 2024, mendapat keraguan dari berbagai pihak.
Hal tersebut terjadi, setelah banyak lembaga survey menyatakan elektabilitasnya berada di bawah ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold (PT) 4 persen.
Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr Sholeh Basyari, malah berkeyakinan PPP akan bangkit pada Pemilu 2024 mendatang.
Jika PPP bisa menjalankan beberapa langkah progresif dalam sisa waktu yang ada.
“PPP itu bisa masuk lima besar, karena memiliki sejarah yang panjang. Tinggal bagaimana keseriusan elit-elitnya, di bawah komando Plt Ketum Mardiono untuk membuat langkah-langkah progresif,” ujar Sholeh ketika berbincang dengan RuPol di Ruang Politik, Minggu (27/11/2022).
Langkah pertama yang harus dilakukan, adalah merajut dan membangkitkan kembali semangat bersama 4 tiang pendiri, yakni NU, Parmusi, PERTI dan PSII.
Ke-4 pondasi yang sebelumnya berfusi itu, harus kembali dirangkul dan diajak untuk ikut membesarkan PPP lagi.
“Dari ke-4 itu, saat ini hanya NU yang berusaha untuk terus dirangkul oleh PPP, yang 3 lainnya seperti ditinggalkan. Sementara penggarapan NU sendiri, terlihat tidak maksimal karena kalah progresif dengan PKB. Harusnya saat ini kesempatan bagi PPP untuk meraih simpati warga Nahdliyin, karena antara PBNU dengan PKB sedang terjadi friksi,” lanjut Aktivis NU itu.
Langkah kedua, menurut Sholeh adalah menampilkan wajah partai Islam yang lebih soft, adem dan bijaksana.
Dalam dinamika pilpres yang semakin memanas, polarisasi di tengah masyarakat juga terbuka lebar, sebagai partai Islam tertua, harus bisa memberikan ketenangan.
“Bukan berarti elit-elitnya memilih diam dan tidak bersuara, tapi tetap harus sering tampil untuk menyampaikan posisi PPP. Jadilah partai Islam yang lebih bijaksana, mendamaikan dan menenangkan. Banyak masyarakat yang juga resah dengan polarisasi itu, ambil simpati mereka dan yakinkan jika memilih PPP maka tidak ada lagi polarisasi,” terangnya.
Pengajar di berbagai perguruan tinggi itu, juga melihat parpol berlambang Kabah itu, tidak mampu meraih pemilih baru, terutama di kalangan pemilih milenial.
Dalam berbagai survey, PPP merupakan partai yang paling banyak pemilih setianya, namun paling tidak menarik bagi pemilih baru.
Sementara suara pemilih milenial pada Pemilu 2024 sangat besar, mencapai 60 persen.
“Langkah ketiga, ini yang paling penting. harus segera ada formula yang tepat untuk meraih suara milenial. Rekrut orang-orang yang pas dan memahami arah kecenderungan pemilih milenial itu,” tegasnya.
Baca juga:
KIB Dukung Ganjar, Parpolnya Siap-siap Ditinggal Pemilih
Jika pada langkah ketiga ini, berhasil mendapatkan strategi yang tepat, maka akan berpeluang masuk dalam 5 besar pada Pemilu 2024.
Namun jika tidak, PPP terpaksa harus hilang dari parlemen periode 2024-2029.
“Inilah pekerjaan terberat. Sampai saat ini kita belum melihat ada strategi dari nahkoda baru untuk menjawab itu, memang baru 3 bulan, tapi waktu terus berjalan. Sosialisasi ke daerah-daerah memang penting, tapi jangan lupa itu hanya untuk merangkul pemilih yang sudah pasti memilih PPP juga,” imbuhnya.
Untuk meraih pemilih baru dari kalangan milenial, Sholeh memberikan masukan guna lebih memanfaatkan teknologi, terutama teknologi media komunikasi.
“Perlu ada tim khusus yang menangani itu, yang berisi kumpulan orang-orang yang berpengalaman di media, konten kreator dan IT. Karena saya tegaskan lagi, jika tidak serius menggarap pemilih milenial, jangan berharap bisa tembus parlemen lagi. Mudah-mudahan Pak Mardiono mendengar masukan ini,” pungkasnya. (ASY)
Editor: Asiyah Lestari
RuPol