RUANGPOLITIK.COM — Peta persaingan Pilpres 2024 bakal memanas karena ada dua rivalitas ketat antara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sebelumnya diketahui jika saat mengikuti Pilkada DKI Jakarta, Partai Gerindra merupakan penyokong utama Anies untuk menang.
Namun kali ini, dalam pilpres 2024 keduanya tak lagi satu komando melainkan menjadi dua pesaing yang saling merebut hati rakyat.
Nama Prabowo Subianto yang begitu mengakar di pilpres 2019 lalu, diprediksi tak lagi moncer di pilpres 2024 mendatang. Hal ini dikarenakan suara Prabowo sudah beralih ke Anies. Sehingga membuat dua orang yang dulunya bak orangtua dan anak kini harus bersaing demi tiket presiden.
Anies Baswedan ditenggarai berhasil mencuri perhatian publik, dan ini sangat membahayakan bagi Prabowo yang masih mengincar kursi presiden. Namun, sayangnya lawan Prabowo adalah Anies Baswedan sosok yang selama ini ia berikan perahu menuju Gubernur DKI Jakarta.
Hasil melompatnya pemilih Prabowo ke Anies diperoleh dari riset yang dilakukan Prof. Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ bertajuk “Pergeseran Pemilih Prabowo ke Anies” yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV, Kamis, (12/1/2023).
Temuan Saiful Mujani adalah dari 44,5 persen pemilih Prabowo–Sandiaga di 2019, ada 44 persen yang sekarang memilih Anies, 13 persen memilih Ganjar, dan 37 persen memilih Prabowo. Masih ada 6 persen yang belum menjawab.
“Ternyata Anies mengambil paling banyak dari suara Prabowo–Sandi di Pilpres 2019,” jelas Saiful.
Saiful menjelaskan bahwa yang berubah banyak adalah pemilih Prabowo di 2019 yang cenderung pindah ke Anies. Dari segmen pemilih Prabowo 2019 yang beragama Islam paling banyak pindah ke Anies, sedangkan dari kalangan non-Islam hampir tidak ada yang memilih Anies, paling banyak kembali akan memilih Prabowo. Ini, menurut Saiful, terjadi karena Anies selama ini diidentikkan dengan politik Islam.
“Pada Pemilu 2019, sentimen Islam cukup kuat pada Prabowo. Sekarang diganti sama Anies. Sentimen Islam pada 2019 (sekarang) pindah ke Anies,” lanjut Saiful.
Karena pindah ke Anies, maka, menurut Saiful, pemilih Prabowo di 2019 dan sekarang masih memilih Prabowo kemungkinan dari kalangan pemilih nasionalis. Aspek Islam dari pemilih Prabowo sudah jauh lebih berkurang memasuki Pemilu 2024.
Karena itu, kata Saiful, persaingan sekarang lebih banyak terjadi antara Anies dengan Prabowo.
“Perangnya sekarang adalah antara Anies dengan Prabowo, bukan dengan Ganjar. Ganjar anteng aja sendirian,” kata Saiful.
Lebih jauh Saiful menjelaskan bahwa kenaikan suara Anies lebih banyak mengambil suara dari basis pemilih Prabowo di 2019.
“Menguatnya Anies sekarang ini karena persaingan dengan Prabowo, bukan dengan Ganjar,” pungkasnya.
Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 3 – 11 Desember 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate sebesar 1029 atau 84 persen.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)