RUANGPOLITIK.COM— Pergerakan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang terdiri dari dua partai besar yakni Gerindra dan PKB terus memantapkan koalisi menuju arena kontestasi pilpres 2024. Untuk memperkuat koalisi yang sempat diguncang isu bubar, akhirnya Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar meresmikan Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKB di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2023).
“Hari ini ini kita resmi membuka Sekber Gerindra-PKB sebagai wujud pelaksanaan implementasi dari kerjasama politik yang sudah kita putuskan dan sepakati bersama beberapa bulan lalu di Sentul, Jawa Barat, persisnya tanggal 13 Agustus 2022,” kata Prabowo di Sekber, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2023).
Prabowo menyebut Sekber diresmikan Partai Gerindra dan PKB untuk menyongsong Pemilu 2024. Ia juga menegaskan jika peresmian Sekber sebagai pertanda bahwa koalisi PKB-Gerindra solid.
“Jadi hari ini adalah suatu bukti bahwa kerjasama kita solid, tekad kita solid, semangat kita tinggi, optimisme kita besar, keyakinan besar kita akan maju ke rakyat, untuk membela kepentingan rakyat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Prabowo juga mengungkap peluang partai lain gabung Sekber Gerindra-PKB. Dia meyakini Sekber Gerindra-PKB tak hanya akan diisi 2 partai.
“Jadi Ini awalan yang jelas terhadap partai kebangsaan yang agamis, partai agamis yang kebangsaan. Kami yakin tidak hanya sebatas dua partai mungkin juga,” tutur Prabowo.
Namun, sayangnya peresmian sekber ini tak juga dibarengi dengan sikap tegas Gerindra untuk memberikan kursi cawapres kepada Ketum PKB Muhaimin Iskandar. Prabowo masih menggantung Cak Imin. Bahkan peresmian Sekber ini sebagai isyarat bahwa koalisi Gerindra-PKB masih ada belum bubar, meski Cak Imin sempat ‘ngambek’ akan meninggalkan koalisi karena sikap tidak jelas dari partai Gerindra.
Siapakah yang berpeluang menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto? Menurut Direktur Eksekutif Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) Dr Sholeh Basyari, saat dihubungi RuPol, Rabu (25/1/2023) menyarankan jika Prabowo bisa memilih Said Aqil Siradj atau Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
“Prabowo silahkan pilih Said Aqil atau Muhaimin. Terutama menyikapi alotnya koalisi Gerindra-PKB akan memperluas anggota baru. Dan memungkinkan sekali Muhaimin untuk ditetapkan sebagai cawapres Prabowo,” tegasnya.
Tak hanya itu, Dr Sholeh juga melihat kandidat lain yang bisa menjadi alternatif bagi Prabowo dan mampu menjaring massa yang lebih luas. Yakni mantan Ketum PBNU Said Aqil Siradj yang diprediksi memiliki kans besar untuk menang dan merebut hati pemilih.
“Jika terwujud Prabowo-Said Aqil, skenario Jokowi-Ma’aruf Amin akan terulang,” tegasnya.
Dalam analisanya, CSIIS menilai jika dukungan PBNU ataupun tidak, koalisi Gerindra-PKB akan tetap solid dan terus memantapkan diri untuk menang.
“Ada atau tidak dukungan PBNU, koalisi Gerindra PKB selayaknya confident. Jika flash back sejak Mega-Hasyim, Wiranto- Jusuf Kalla hingga Prabowo-Hatta, tidak satupun kandidat yang diendorce PBNU leading,” ulasnya.
Karena itu Dr Sholeh menilai tidak ada salahnya jika figur Said Aqil dipertimbangkan oleh Prabowo mengingat basis massa NU yang cukup solid dan ia dianggap mampu menjadi tokoh lintas agama yang bisa merangkul segala perbedaan dalam bentuk yang lebih humanis. Dan ini diharapkan dapat memperkecil terjadinya pergesekan akibat politik identitas yang pastinya akan membuat peta pilpres kian sengit.
“Said Aqil belum memudar pamornya. Komunitas lintas agama, plus pendukung fanatiknya di NU terawat baik, ” jelas Sholeh.
Tak hanya itu, Dr Sholeh juga menyebutkan jika PKB juga memiliki rekam jejak yang berhasil menghantarkan para tokohnya melenggang ke istana. Dan ini sudah terbukti efektif melihat dari pilpres sebelumnya.
“Sebaliknya, sejumlah kandidat yang di back up PKB, melenggang ke istana, sejumlah kandidat tersebut adalah: SBY- Budiono, Jokowi-JK dan Jokowi-Ma’ruf Amin,” pungkasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)