Menurut mereka, ini bukan kali pertama rotasi inti Bumi berbalik arah. Fenomena serupa pernah terjadi pada tahun 1970, dan diprediksi akan terjadi lagi pada pertengahan dekade 2040-an
RUANGPOLITIK.COM —Sejumlah ahli di Universitas Peking China menganalisis gelombang seismik Bumi selama lebih dari 60 tahun. Hasilnya, mereka menemukan rotasi inti Bumi sempat terhenti pada tahun 2009, setelahnya berputar ke arah yang berlawanan.
“Inti Bumi berputar ke satu arah, kemudian berbalik ke arah lainnya, seperti ayunan,” sebut Xiadong Song dan Yi Yang, penulis dalam penelitian tersebut, dikutip RuPol dari Euronews pada 24 Januari 2023.
Menurut mereka, ini bukan kali pertama rotasi inti Bumi berbalik arah. Fenomena serupa pernah terjadi pada tahun 1970, dan diprediksi akan terjadi lagi pada pertengahan dekade 2040-an.
Meski begitu, penelitian yang dilakukan mereka belum mampu menjawab pola gerak inti Bumi. Hal itu disebabkan sulitnya mengumpulkan informasi dan meneliti inti Bumi.
Lapisan terluar inti Bumi jaraknya 2.890 km dari permukaan, sedangkan lapisan dalam jaraknya sekira 5.000 km. Lapisan ini diperkirakan terbuat dari besi dan nikel padat, karena tekanan ekstrem yang memaksa atom-atom logam untuk menyatu.
Xiadong Song dan Yi Yang mengatakan, fenomena berbalik arahnya rotasi inti Bumi tidak berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut mereka, fenomena ini berpengaruh pada perubahan permukaan dan suhu laut.
“Pengamatan ini memberikan bukti interaksi dinamis antara lapisan Bumi, dari interior terdalam ke permukaan, kemungkinan karena kopling gravitasi dan pertukaran momentum sudut dari inti dan mantel ke permukaan,” kata mereka.
“Kami berharap penelitian kami memotivasi para peneliti untuk merancang dan menguji model yang memperlakukan Bumi sebagai sistem dinamis terintegrasi,” sebut mereka.
“Ini adalah studi yang dilakukan dengan berhati-hati, dilakukan oleh para ilmuwan hebat yang menggunakan banyak data,” kata John Vidale, seismolog di University of Southern California yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Namun, dia menambahkan, tidak ada model yang benar-benar menjelaskan semua data dengan baik.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)