RUANGPOLITIK.COM— Ada tiga figur yang masih kuat bertengger di pusaran kompetisi Pilpres 2024, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan adalah tiga bakal calon presiden (Bacapres) paling kompetitif, tapi belum ada yang mendapat suara mayoritas mutlak (di atas 50 persen).
Karena itu, ketiganya berharap calon wakilnya dapat membantu menaikan elektabilitas mereka. Tapi menurut studi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), calon wakil presiden tidak punya pengaruh pada elektabilitas mereka jika ketiganya bersaing.
Demikian presentasi Prof. Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Cawapres Penting Untuk Elektabilitas Capres?”. Program ini disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Kamis (30/3/2023).
SMRC melakukan studi eksperimental sejauh mana nama-nama yang banyak disebut potensial menjadi capres dapat menaikkan elektabilitas capres mereka secara signifikan dibanding mereka tanpa calon wakil presiden.
Pertama, adalah efek wakil terhadap elektabilitas Ganjar melawan Anies dan Prabowo. Sejumlah tokoh diteliti efeknya terhadap elektabilitas Ganjar. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Khofiffah Indar Parawansa, Mahfud MD, dan Ridwan Kamil.
Hasilnya, tak ada satu pun dari nama-nama ini yang menaikan elektabilitas Ganjar secara signifikan atau di atas margin of error +/- 8%.
Saiful menjelaskan bahwa nama-nama ini diuji pengaruhnya dengan sejumlah pertimbangan. Pertama Airlangga karena dia adalah ketua umum partai besar.
Kedua, Erick Thohir karena sudah melakukan sosialisasi untuk menjadi calon presiden. Selain itu, Erick adalah Menteri Jokowi sehingga cukup terbuka untuk menjadi calon wakil presiden Ganjar yang merupakan kader PDIP dan dekat dengan Jokowi.
Ketiga, Khofifah yang merupakan gubernur Jawa Timur, salah satu provinsi dengan populasi terbesar. Dia juga sudah teruji dalam kontestasi pemilihan langsung dalam pemilihan gubernur. Selain itu, Khofifah juga adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Dalam tradisi PDIP, unsur NU sering dihitung.
Keempat, Mahfud, menteri senior di Pemerintahan Jokowi. Dia juga adalah tokoh NU dan pernah menjadi salah satu orang kepercayaan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Kelima, Ridwan Kamil. Di luar Ganjar, Anies, dan Prabowo, tokoh yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi untuk pilpres adalah Ridwan Kamil. Selain itu, Ridwan Kamil adalah gubernur di provinsi yang memiliki jumlah pemilih terbesar. Dan Ganjar sejauh ini cukup lemah di Jawa Barat. Sementara Ridwan Kamil sudah menjadi gubernur di Jawa Barat.
Dalam variabel kontrol, ditanyakan siapa yang akan dipilih jika Ganjar berhadapan dengan Anies dan Prabowo. Hasilnya Ganjar mendapatkan 41 persen, Prabowo 29 persen, dan Anies 23 persen. Ada 7 persen yang tidak menjawab.
Sementara dalam treatment Ganjar berpasangan dengan Airlangga melawan Prabowo dan Anies, suara Ganjar menjadi 37 persen, Prabowo 27 persen, Anies 25 persen, dan tidak jawab 11 persen. Jika berpasangan dengan Erick, Ganjar mendapat 36 persen, Prabowo 24 persen, Anies 26 persen, dan tidak jawab 14 persen.
Jika berpasangan dengan Khofifah, Ganjar didukung 38 persen, Prabowo 24 persen, Anies 28 persen, dan tidak jawab 9 persen. Jika berpasangan dengan Mahfud MD, Ganjar mendapatkan 35 persen suara, Prabowo 26 persen, Anies 24 persen, dan tidak jawab 15 persen.
Sementara jika berpasangan dengan Ridwan Kamil, Ganjar mendapat dukungan 40 persen, Prabowo 28 persen, Anies 22 persen, dan tidak jawab 10 persen.
Ada keragaman efek calon wakil presiden pada elektabilitas Ganjar. Namun keragaman tersebut, kata Saiful, tidak signifikan secara statistik. Dalam uji statistik di mana p-value terbesar 0,05, tidak ada satu pun nama calon wakil yang dimasukkan sebagai treatment yang mendekati 0,05 atau lebih kecil, bahkan semuanya di atas 0,1.
“Secara keseluruhan, semua nama yang dimasukkan sebagai calon wakil presiden dalam studi ini tidak membantu Ganjar jika dilihat dari sisi elektabilitas,” kata Saiful.
Karena itu, menurut Saiful, nama-nama tersebut tidak bisa dipilih sebagai cawapres dengan alasan untuk menaikkan elektabilitas Ganjar.
Kalau mau memilih di antara nama-nama ini (untuk menjadi cawapres), lanjutnya, pertimbangannya bukan elektabilitas, tapi alasan lain seperti kompetensi, leadership, atau alasan lain seperti mendukung agar pembangunan ekonomi ke depan bisa lebih kuat.
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)