RUANGPOLITIK.COM — FIFA telah mencabut status Indonesia sebagai tuan rumah Indonesia. Hal itu diketahui melalui keterangan resmi induk sepak bola dunia, melalui keterangan yang diterbitkan pada Rabu (29/3/2023) malam.
Sikap PDIP yang tegas menolak Israel dan mengaitkannya dengan jejak sejarah masa lalu dengan perjuangan Palestina menjadi bulan-bulanan publik. Bahkan PDIP dianggap tidak bisa melihat netralitas olahraga sepakbola dan politik yang jauh bersebrangan dan berbeda kepentingan.
Menurut Dr Dedi Kurnia Syah pengamat politik dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), kepada RuPol, Jumat (31/3/2023) mengatakan jika sikap PDIP ini tidak terlalu menguntungkan banyak secara kalkulasi politik.
“Dua hal bisa terjadi, PDIP bisa saja mendapat tambahan simpati dari kelompok pemilih pro Palestina, juga Ganjar yang sedang gencar lakukan propaganda untuk orientasi Pilpres. Hanya saja yang tidak mereka pikirkan adalah pemilih pro Palestina sudah cukup kuat di partai lain,” tegas Dedi.
Hal ini mengingat sikap pro Palestina sudah digunakan oleh PKS, dan ketika PDIP mengambil posisi bargainning ini dianggap bukan waktu yang tepat dan tidak menguntungkan untuk menambah elektabilitas partai. Sebaliknya pecinta sepakbola akan kecewa dengan sikap PDIP ini.
” Yakni PKS, sehingga upaya PDIP dan Ganjar justru akan dianggap sebatas mencari panggung di waktu yang tidak tepat. Situasi ini bisa saja simpati di dapat, tetapi tidak menambah pemilih. Sebaliknya, pemilih PDIP yang selama ini lebih terbuka terhadap Israel, akan merasa tertekan karena sikap PDIP tidak seperti biasanya, bahkan untuk urusan Sepak Bola yang miliki jumlah penggemar cukup banyak, bisa berganti kecewa dengan sikap PDIP dan Ganjar ini,” ulasnya.
Efek buruknya menurut Dedi, ini akan mengancam Ganjar dan PDIP, tidak menutup kemungkinan para simpatisan akan pergi.
“Artinya, simpati yang di dapat tidak menambah suara, pemilih loyal yang sudah ada cenderung kecewa dan meninggalkan Ganjar juga PDIP,” kritiknya.
Peluang ini menurut Dedi, juga akan merugikan Jokowi yang sedang membangun pencitraan untuk pemerintahan dan resiko hubungan dengan PDIP bisa terganggu.
“Kedua, gelaran ini seharusnya menjadi materi propaganda Jokowi, ia memerlukan pujian di tengah situasi ekonomi yang memburuk, juga reputasi pemerintah, sehingga kegagalan ini jelas mengecewakan bagi Jokowi, dan PDIP dianggap sebagai dalang, maka relasi Jokowi dan PDIP bisa saja terganggu,” ucapnya..
Hal ini bisa diartikan sebagai petaka Elektabilitas Ganjar, ia tidak mampu mengendalikan ambisinya sebagai tokoh yang sedang gandrung simpati, tetapi gagal menyatakan gagasan dan ide yang lebih besar.
“Publik dan politisi Indonesia sama tidak dewasa ya, tetapi kekacauan ini muaranya tentu ada pada politisi yang memang gagal berkonsolidasi dengan publik,” tukasnya.
Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyatakan putusan FIFA membatalkan Indonesia tuan rumah Piala Dunia U-20 disesalkan, namun ia meminta semua pihak harus bisa menahan diri.
“Tidak saling menyalahkan dan mengambil sisi positifnya,” kata Hasto, Jumat (30/3/2023).
Namun, ini juga menjadi kesempatan bagi semua pihak termasuk kaum muda untuk tidak melupakan sejarah dan memahami sejarah.
“Gelora Bung Karno dibangun terkait faktor sejarah penolakan terhadap Israel oleh Bung Karno. Sejak awal, PDI Perjuangan tidak pernah menolak Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia. Yang ditolak keikutsertaan Israel. Bahkan peringatan HUT ke-50 PDI Perjuangan dipindah dari GBK dalam rangka mendukung pelaksanaan U-20,” tegasnya. (IY)
Editor: Ivo Yasmiati
(RuPol)