Awiek mengatakan setiap parpol atau pihak tertentu pasti pernah menggunakan politik identitas, termasuk partainya.
RUANGPOLITIK.COM – Ketua DPP PPP Achmad Baidowi alias Awiek merespons pernyataan Politikus senior PDIP Panda Nababan yang mengungkap jejak politik identitas Sandiaga Uno sebagai catatan krusial dalam proses pertimbangan kandidat cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
Awiek mengatakan setiap parpol atau pihak tertentu pasti pernah menggunakan politik identitas, termasuk partainya. Hanya saja bagaimana memaknai politik identitas yang tidak terlalu overdosis dan jangan sampai menjadi alat pemecah belah bangsa.
“Kalau iya Pak Prabowo dan Sandi bagian dari politik identitas yang dihindari oleh PDIP, nyatanya mereka diterima di koalisi pemerintahan, jadi kabinet mereka berdua,” kata Awiek di Kompleks Parlemen, Selasa (12/9) malam.
Dalam praktik politik identitas, Awiek mencontohkan normal bagi orang Islam misalnya lebih memiliki preferensi memilih pemimpin yang seagama dengan mereka, dan itu diperbolehkan. Yang dilarang menurutnya adalah seseorang tidak boleh menjadi pemimpin lantaran minoritas atau berbeda agama dan suku.
Awiek pun meminta agar politik identitas dan masa lalu dalam Pilpres sebelumnya tidak dikait-kaitkan dalam proses menuju Pilpres 2024. Ia pun menilai pemilih Sandiaga pada Pilpres 2019 atau Pilkada DKI Jakarta 2017 juga saat ini sudah beda kolam, alias beda pilihan.
“Jadi suasana sudah berbeda antara 2019 dan 2024, apalagi dibandingkan dengan Pilkada DKI jauh berbeda,” kata dia.
Dengan demikian, Awiek menilai kurang apik apabila Sandiaga selalu dikaitkan pada masa lampau. Menurutnya saat ini Sandiaga berada di posisi netral, pun sudah berada dalam koalisi pemerintahan dan koalisi PDIP untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024.
“Kita harus jujur. Kalau dibilang politik identitas ya pak Prabowo dan Sandi . Tapi ternyata pak Prabowo jadi Menhan dan Sandi jadi Menparekraf. Apa tidak menjadi catatan saat itu?,” ujar Awiek.
Awiek juga mengatakan apa yang disampaikan Panda Nababan merupakan opini pribadi lantaran selama ini tidak ada catatan krusial tersebut yang disampaikan elite PDIP dalam rapat internal bersama PPP.
“Itu kan yang disampaikan opung Panda itu kan pertanyaan pribadi bukan pertanyaan resmi PDIP,” imbuhnya.
Politikus senior PDIP Panda Nababan sebelumnya masih enggan membeberkan kepastian atau persentase Sandiaga menjadi cawapres. Namun ia membocorkan saat ini partainya memiliki satu catatan terkait Sandiaga yang kemudian menjadi pertimbangan para elite PDIP.
“Jadi begini, saya buka saja. Ada satu catatan, Sandiaga Uno waktu jadi wakilnya Anies pas Gubernur [DKI Jakarta], mereka mentolerir juga politik identiitas, dan waktu dia juga dengan Prabowo [cawapres 2019],” kata Panda dalam acara ‘Political Show’ CNN Indonesia TV, Senin (11/9) malam.
Panda mengatakan hal itu sudah menjadi pembahasan di internal PDIP. Ia juga mengatakan peluang atau nasib Sandiaga menjadi cawapres tergantung bagaimana Menparekeraf itu bersikap ke depan.
“Faktor ini berpengaruh, menentukan dia dipakai atau tidak. Lho iya, Ini kan track record,” imbuhnya.
Namun demikian, Panda kembali menegaskan bahwa kewenangan untuk menetapkan pilihan pendamping Ganjar dalam Pilpres 2024 merupakan kewenangan elite PDIP dan masing-masing ketua umum partai pendukung Ganjar, yakni PPP, Perindo, dan Hanura.
Panda selanjutnya memastikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri merupakan sosok yang penuh kehati-hatian dalam menentukan pilihan, sehingga ia meminta agar publik bersabar menunggu keputusan akhir sosok cawapres untuk Ganjar.
Editor: B. J Pasaribu
(RuPol)